Meneropong Investasi Pariwisata Dalam Negeri

Potensi Indonesia yang sangat besar dengan lebih dari 17 ribu pulau masih sangat terbuka untuk investasi di bidang pariwisata. Di tengah kesulitan global, masih ada celah peluang investasi dalam dan luar negeri.

Gejolak dalam negeri seperti bentrok antarumat beragama di Cikeusik Pandeglang, Banten, dan kerusuhan di Temanggung, setidaknya akan berpengaruh terhadap sentimen pasar. Meski iklim investasi di dunia pariwisata dalam negeri tak signifikan terpengaruhi, Indonesia harus tetap waspada. Sebab, jika gejolak dalam negeri yang terjadi terus-menerus, dan terakumulasi, ini mengakibatkan kepercayaan investor menurun.

Terkait kekhawatiran tentang masalah keamanan, sebetulnya Indonesia masuk peringkat ke-67 negara paling aman di dunia (most peaceful country in the world). Bahkan lebih aman dari Amerika Serikat yang masuk peringkat ke-85.

Inilah yang membuat Menbudpar Jero Wacik percaya diri bahwa aura bagus 2011 berpihak pada pariwisata Indonesia. “Tahun 2011 auranya sangat positif. Kita menetapkan target optimistis 7,7 juta dan target pesimis sebagai kontrak kinerja Menbudpar kepada Presiden RI sebesar 7,3 juta,” kata Jero beberapa waktu lalu.

Menbudpar mengatakan, target kunjungan wisman tahun 2010 sebesar 7 juta tercapai. Jumlah kunjungan wisman tahun 2010 sebesar 7.000.571 atau tumbuh sekitar 8,5% dibandingkan tahun 2009 sebesar 6.452.259 wisman. “Capaian kunjungan wisman tahun ini melampaui target pesimistis 6,75 juta sebagai kontrak kinerja Menbudpar kepada Presiden RI dan melampaui target optimis 7 juta,” kata Menbudpar.

Ia menambahkan, capaian kunjungan 7,000.571 juta wisman tahun 2010 menghasilkan devisa sebesar US$ 7,6 miliar dengan perhitungan rata-rata pengeluaran US$ 1.085.70/orang per kunjungan dan lama tinggal wisman rata-rata 8,04 hari. Pengeluaran wisman tahun 2010 rata-rata sebesar US$ 1.085.70 telah mengalami peningkatan sekitar 9% dibandingkan tahun 2009 sebesar US$ 995,93/orang per kunjungan. Sedangkan lama tinggal wisman tahun 2010 rata-rata 8,04 hari mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun 2009 rata-rata 7,69 hari.

Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) tahun 2010 sebesar 234 juta dengan jumlah pengeluaran Rp 138 triliun atau mengalami peningkatan 3,05% dibandingkan tahun 2009 sebesar 229 juta perjalanan, sementara proyeksi tahun 2011 sebesar 237 juta perjalanan.

Meningkatnya perjalanan wisnus mendorong tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang di tanah air pada Januari-Oktober 2010 rata-rata sebesar 50,38% atau meningkat 1,99 poin dibanding periode sama tahun 2009 sebesar 48,39%.

Dengan tag line “Indonesia Tourism Investment Opportunities” ini, Jero berharap agar calon investor asing dan lokal dapat mempertimbangkan berinvestasi bidang pariwisata di Indonesia.

Menurut data Kemenbudpar, Indonesia memang jauh tertinggal dari Malaysia dan Thailand dalam peringkat kunjungan wisata mancanegara. Tetapi, mampu meraih peringkat ke-3 pilihan wisata tropis yang murah.

“Peringkat ini memang tidak memengaruhi jumlah kedatangan wisman ke Indonesia secara langsung. Tapi, diperlukan sebagai benchmark dan cara untuk tahu kelemahan kita. Peringkat ini lebih berfungsi ke arah investasi,” kata Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Firmansyah Rahim.

Sementara itu, pengamat pariwisata dari Universitas Trisakti Aselina Endang Trihastuti mengatakan, jika kita bicara tentang pariwisata maka tidak bisa lepas dari marketing. Budaya dan seni bisa dijadikan konten dari pariwisata tersebut. “Produk budaya kita adalah Bali. Dalam marketing, ini sa­ngat bahaya kalau dijadikan single product,” ujarnya.

Menurutnya, masih banyak budaya dari daerah-daerah lain di Indonesia yang dapat dikemas menjadi paket wisata, selain Bali. Dia juga menilai pemerintah sangat sulit melakukan koordinasi antardepartemen. Bukan hanya itu, koordinasi de­ngan pemda juga tidak ada, padahal daerahlah yang memiliki potensi pariwisata.

“Kalau antardepartemen sulit dilakukan koordinasi, pemerintah bisa bekerja sama dengan swasta. Pihak swasta punya CSR yang bisa diarahkan untuk pariwisata,” lanjut Aselina.

Dia menambahkan, hal ini juga memengaruhi merosotnya daya saing pariwisata Indonesia. Ironisnya lagi, biro-biro perjalanan lebih senang mempromosikan paket-paket wisata luar negeri daripada paket-paket wisata dalam negeri. “Kalaupun ada paket wisata dalam negeri, hanyalah tempat-tempat yang sudah lama dikenal seperti Bali, Yogyakarta, Lombok,” tandas Aselina.

Keterangan foto: Koleksi penulis

2 Responses to Meneropong Investasi Pariwisata Dalam Negeri

  1. menone says:

    silakan berkunjung ke tempat menone………. sajian wisata2 kota batu ada disini semua…

    salam persahabatan dr MENONE

  2. […] Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) -pernah menjadi anggota Dewan Pembina Senkom Mitra Polri -pengamat pariwisata Universitas Trisakti -pebisnis pariwisata -pernah mendaftar jadi calon anggota Komisi Informasi Pusat (KIP) (2009), […]

Leave a comment